Permasalahan terkait kesetaraan gender merupakan isu yang tidak pernah ada habisnya untuk dibahas. Di zaman modern dengan segala kecanggihan teknologi membuat banyak orang telah berpikiran terbuka. Isu-isu tentang gender telah banyak diutarakan, entah melalui media daring maupun cetak. Namun, jauh sebelum kecanggihan teknologi itu muncul, sudah ada naskah-naskah kuno yang mengangkat isu gender, salah satunya adalah naskah Melayu Hikayat Tawadud.
Naskah Hikayat Tawaddud disalin pada tahun 1827 M di Batavia. Saat ini naskah ini disimpan di Perpustakaan Nasional Prancis. Cerita Tawaddud merupakan salah satu cerita dari Seribu Satu Malam yang populer. Hikayat Tawaddud ini menceritakan tentang seorang budak perempuan yang sangat cerdas. Majikannya sangat menyayanginya sehingga Tawaddud diizinkan menimba ilmu. Tawaddud tumbuh menjadi perempuan yang mengusai berbagai bidang ilmu dan memiliki berbagai keahlian. Pada suatu hari, majikan Tawaddud jatuh miskin. Tawaddud pun menawarkan diri untuk dijual ke Sultan Harun al-Rasyid dengan harga 100 ribu dinar. Sultan sangat terkejut mendengar harga yang ditawarkan. Kemudian, Sultan mengundang para ahli ilmu untuk menguji Tawaddud. Pada akhirnya, Tawaddud dapat mengalahkan mereka. Sultan pun mengembalikan Tawaddud kepada majikannya dan tetap memberikan uang 100 ribu dinar.
Dalam naskah Hikayat Tawaddud disebutkan bahwa Tawaddud adalah sosok yang bijaksana. Dia selalu dapat menjawab setiap pertanyaan yang diajukan padanya. Hal ini dapat dilihat dari jawaban Tawaddud, yaitu yang lebih manis daripada madu adalah anak-anak, yang lebih besar daripada bukit adalah dosa, yang lebih tajam daripada pedang adalah lidah, dan yang lebih panas dari api adalah hati. Jawaban Tawaddud tersebut mengajarkan agar manusia selalu menjaga lidahnya, karena lidah lebih tajam daripada pedang. Manusia bisa sangat terluka hanya dengan sebuah ucapan yang menyakitkan. Dosa manusia juga tidak terhitung, bahkan lebih tinggi dari bukit. Selain itu, jika hati terserang penyakit hati, maka hati akan lebih panas daripada api. Penyakit hati bisa berupa iri, benci, dan dengki. Hati yang sudah panas mampu membakar sekitar dan dapat menimbulkan kekacauan.
Dalam naskah Hikayat Tawaddu, Tawaddud merepresentasikan seorang perempuan cerdas. Naskah ini menunjukkan bahwa perempuan berhak mendapatkan pendidikan yang tinggi. Pada zaman dulu kebanyakan budak perempuan hanya diajarkan tentang musik dan tarian dengan tujuan untuk hiburan, namun Tawaddud dapat mempelajari berbagai macam ilmu. Selain itu, budak perempuan hanya digunakan untuk kebutuhan bersenang-senang dan masalah dapur, karena pekerjaan berat akan dilakukan oleh budak laki-laki.
Tawaddud adalah gadis yang pemberani. Meskipun dia diremehkan oleh para ahli ilmu terbaik yang dipanggil oleh Sultan Harun Al-Rasyid, tetapi dia dapat mengalahkan mereka. Tawaddud memiliki kecakapan dalam berbagai bidang, yaitu ilmu agama, ilmu pengobatan, ilmu falaq, kesenian, dan lain-lain. Tokoh Tawaddud ditampilkan sebagai sosok yang mendobrak penggambaran perempuan pada masa itu yang sering diceritakan sebagai perempuan lemah yang selalu dilindungi oleh sosok laki-laki.
Penulis:
Jihan Maimunah
Sumber Foto:
https://gallica.bnf.fr/ark:/12148/btv1b100888305/f1.image
Sulfa
11 Sep 2023 04:36 WIB baru tau ada kisah seperti ini???? terima kasih penulis.