Memperdalam Islam Melalui Serat Ambiya

Memperdalam Islam Melalui Serat Ambiya

Museum Sonobudoyo memiliki naskah kuno atau manuskrip yang berkisah tentang 25 Nabi, dari Nabi Adam sampai dengan Nabi Muhammad saw. beserta kerabat dan para sahabatnya. Manuskrip tersebut berjudul Serat Ambiya. Serat Ambiya ini merupakan salah satu mahakarya yang ada di Museum Sonobudoyo. Manuskrip merupakan salah satu karya tulis dari masa lampau yang menjadi tolak ukur kebudayaan suatu bangsa. Serat Ambiya merekam Islam berdasarkan ekologi Jawa. 

Naskah kuno ini ditulis ulang oleh skriptorium pada masa kepemimpinan Sri Sultan Hamengkubuwana V yaitu R. Arya Suryamisena di Yogyakarta. Proses penulisan ulang manuskrip ini dimulai dari tanggal 28 Februari 1844 sampai dengan 15 Juni 1851. Serat Ambiya ini dituliskan menggunakan aksara Jawa dan bahasa Jawa yang isinya berjumlah 1.267 halaman. Salah satu episodenya tertulis kisah Nabi Ibrahim dan Ismail yang memberikan khazanah untuk bersikap ikhlas dan pasrah kepada Tuhan.

Dalam Serat Ambiya terdapat iluminasi yang indah serta banyak ornamen berupa wedana renggan (bangun berulang) dan wedana menawan dengan bentuk dan warna yang beragam. Peletakkan iluminasi tersebut ada pada setiap pergantian episode ceritera. Warna yang mendominasi adalah warna merah, hijau, biru, hitam, kuning, dan emas. Ilustrasi yang terdapat di dalamnya ini menunjukkan unsur-unsur Islam dan Jawa. Akulturasi budaya Jawa dan Islam terdapat iluminasi yang dibuat untuk memenuhi fungsi personal, fungsi sosial, dan fungsi fisik. Fungsi personal yaitu sebagai wadah untuk mengekspresikan keindahan dari penciptanya. Fungsi sosial yaitu meningkatkan nilai spiritual manuskrip, meningkatkan daya tarik untuk mempelajari naskah kuno, dan mengkomunikasikan pesan yang ada dalam naskah melalui iluminasi. Lalu fungsi fisik yaitu mempercantik penampilan fisik manuskrip. Serta penggambaran ilustrasi figur yang diadaptasi dari tokoh-tokoh wayang. Penggambaran Nabi dalam manuskrip ini dengan bentuk wajah tokoh Pandu yang berwarna hijau. Lalu, tokoh antagonis menggunakan wajah Kurawa dengan tubuh berwarna merah. 

Manuskrip perlu dilestarikan dan dijaga karena aset tersebut memiliki nilai penting dalam aspek kebudayaan, sejarah, agama, dan juga pendidikan. Serat Ambiya dapat ditemukan dan dibaca secara digital di Perpustakaan Kantor Sonobudoyo, Jl. Wijilan 27D, Panembahan, Yogyakarta.

Komentar

Artikel Terkait

Lebih Banyak