Laboratorium Konservasi

Koleksi adalah benda-benda bukti material hasil budaya, serta material alam dan lingkungan yang mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, kebudayaan, teknologi dan/atau pariwisata. Koleksi museum merupakan komponen yang utama bagi museum dan merupakan kekayaan bagi museum, sehingga perawatan atas koleksi tersebut harus selalu diperhatikan. Perawatan koleksi dapat dilakukan melalui kegiatan konservasi baik konservasi preventif maupun konservasi kuratif. Konservasi dipahami sebagai suatu upaya yang dilakukan untuk mencegah kerusakan, menghambat proses pelapukan secara cepat, serta tindakan menangani koleksi yang telah mengalami kerusakan, agar koleksi museum tetap pada kondisi yang baik sesuai dengan aslinya. Menurut International Council of Museums (ICOM) konservasi adalah bentuk pengukuran dan tindakan yang bertujuan untuk melestarikan, serta memberikan kepastian agar koleksi museum dapat dimanfaatkan atau diakses hingga masa yang akan datang. Perawatan koleksi museum harus dilakukan dengan perencanaan yang sistematis, terpadu, dan berkesinambungan agar kelestarian koleksi museum dapat benar-benar terjaga dalam waktu yang lama.

Perawatan koleksi museum dapat dibedakan menjadi perawatan koleksi secara preventif dan perawatan secara kuratif. Perawatan koleksi secara preventif adalah suatu upaya atau tindakan pencegahan terhadap koleksi museum agar tidak mengalami kerusakan atau proses pelapukan secara cepat, misal dengan memperhatikan faktor kebersihan koleksi dan lingkungan, melakukan pemantauan dan controling terhadap suhu, kelembapan dan cahaya dimana koleksi itu ditempatkan. Sementara itu yang dimaksud dengan perawatan koleksi secara kuratif adalah upaya atau tindakan terhadap koleksi yang telah mengalami kerusakan.

Menurut Canadian Conservation Institute (CCI) terdapat sepuluh faktor agen perusak koleksi yaitu gaya fisik, pencurian dan vandalisme, api, air, hama, polutan, cahaya/ultraviolet, temperatur yang tidak sesuai, kelembaban yang tidak sesuai dan disosiasi. Salah satu bentuk konservasi preventif yang dilakukan di Museum Negeri Sonobudoyo adalah monitoring suhu dan kelembaban menggunanakan thermohygrometer berbasis IoT (Internet of Things) yang dapat diakses kapanpun dan dimanapun. Keberadaan sistem ini membantu dalam pengaturan suhu dan kelembaban baik di dalam storage maupun di ruang pamer. Selain itu, juga dilakukan pembersihan secara berkala di storage dan vitrin di ruang pamer sehingga mengurangi potensi datangnya serangga.

Konservasi kuratif di Museum Negeri Sonobudoyo dilakukan berdasarkan hasil observasi yang dituangkan dalam sebuah form (formulir) yang disebut dengan condition report. Form ini berisikan hasil observasi baik secara makroskopik, mikroskopik maupuan analisis instrumental. Observasi makroskopik dilakukan secara kasat mata untuk menentukan kualitas koleksi secara fisik yang meliputi keutuhan material, perubahan warna, perubahan bentuk serta intervensi agen perusak koleksi lainnya, sedangkan observasi mikroskopoik dilakukan untuk mengetahui morfologi maupun jaringan pada material koleksi menggunakan mikroskop baik stereo, optik maupun digital. Analisis instrumental dilakukan dengan menggunakan suatu instrumen tertentu untuk menganalisis material dalam koleksi dengan tujuan mencari informasi berkaitan dengan umur, asal-usul, sifat, dan keadaan serta komposisi unsur material. Alat instrumen adalah alat yang digunakan sebagai sarana (berupa seperangkat tes dan sebagainya) untuk mengumpulkan data sebagai bahan pengolahan.

Alat instrumental yang dimiliki Museum Negeri Sonobudoyo meliputi portable X-Ray Fluorescence (pXRF) dan Termatrac Termite Detection (T3i). X-Ray Fluorescenece (XRF) merupakan alat instrumental yang digunakan secara khusus untuk analisis unsur terutama unsur logam, sedangkan Termatrac digunakan untuk mendeteksi keberadaan serangga terutama rayap pada koleksi kayu. Hasil dari analisis tersebut, kemudian digunakan sebagai dasar penentuan metode dan bahan konservasi yang akan digunakan pada proses konservasi kuratif.  Sejumlah metode dan bahan telah banyak diaplikasikan pada proses konservasi di Museum Negeri Sonobudoyo meliputi:

1. Konservasi Naskah

  • Naskah Kertas

Bahan yang digunakan untuk proses konservasi yaitu wheat starch paste (WSP), carboxymethyl cellulose (CMC), hydroxypropyl cellulose (HPC), japanese paper, bondina paper, dan bloating paper dengan metode konservasi berupa laminasi, seizing, dan mending.

  • Naskah Lontar

Bahan yang digunakan untuk proses konservasi yaitu alkohol, minyak sereh dan arang kemiri dengan metode konservsi berupa pembersihan, penguatan lontar, dan penghitman tulisan.

2. Konservasi Fotografi

Bahan yang digunakan untuk proses konservasi yaitu kuas, sponge, mounting board, dan tymol dengan metode konservasi berupa pembersihan kering, pembuatan media penyimpanan, dan fumigasi.

3. Konservasi Tekstil

Bahan yang digunakan untuk proses konservasi yaitu kain blacu, sabun lerak, kain tile, polyvinyl alcohol (PVOH) dengan metode konservasi berupa penggantian media penyimpanan, pencucian, dan penguatan.

4. Konservsai Wayang

Bahan yang digunakan untuk proses konservasi yaitu kuas, cotton bud, larutan alkohol 3%, ancur, dan air londoh jangkang dengan metode konservasi berupa pembersihan kering, pembersihan basah, dan coating.

5. Konservasi Kayu

Bahan yang digunakan untuk proses konservasi yaitu kuas, cotton bud, larutan alkohol 3%, toluene, dan paraloid B-72 dengan metode konservasi berupa pembersihan kering, pembersihan basah, dan coating.

6. Konservasi Senjata

Bahan yang digunakan untuk proses konservasi yaitu jeruk nipis, arsenik, minyak singer, dan minyak cendana dengan metode konservasi berupa proses mutih, proses warangan, dan coating.

7. Konservasi Logam

  • Logam Emas

Bahan yang digunakan untuk proses konservasi yaitu asam sitrat, kalsium karbonat, batu langsol, dan semir netral dengan metode konservasi berupa pembersihan tarnish, polishing, dan coating.

  • Logam Perak

Bahan yang digunakan untuk proses konservasi yaitu asam sitrat, kalsium karbonat, alkohol, dan semir netral dengan metode konservasi berupa pembersihan tarnish (silver stain) dan coating.

  • Logam Perunggu

Bahan yang digunakan untuk proses konservasi yaitu ethylenediaminetetraacetic acid (EDTA), acetone, toluene, benzotriazole, dan paraloid B-72 dengan metode konservasi berupa pembersihan karat aktif, penstabilan, dan coating.

  • Logam Kuningan

Bahan yang digunakan untuk proses konservasi yaitu asam sitrat, batu langsol, dan semir netral dengan metode konservasi berupa pembersihan tarnish, polishing dan coating.

  • Logam Besi

Bahan yang digunakan untuk proses konservasi yaitu asam sitrat, asam tannin, toluene dan paraloid B-72 dengan metode konservasi berupa pembersihan karat besi, penstabilan, dan coating.

8. Konservasi Keramik

Bahan yang digunakan untuk proses konservasi yaitu asam sitrat, cotton bud, dan kapas dengan metode konservasi berupa pembersihan tarnish.

9. Konservasi Kristal

Bahan yang digunakan untuk proses konservasi yaitu asam sitrat, cotton bud, dan kapas dengan metode konservasi berupa pembersihan tarnish.

 

Selain konservasi kuratif dengan penggunaan bahan kimia, Museum Negeri Sonobudoyo juga memiliki sebuah metode lain tanpa penggunaan bahan kimia untuk konservasi sejumlah koleksi seperti kayu, tekstil dan kertas. Metode tersebut adalah “anoxia”, yaitu metode konservasi pada sebuah ruangan (chamber) dengan pengkondisian kadar oksigen mendekati nol melalui injeksi gas nitrogen (N2). Metode ini bertujuan untuk membunuh serangga banhkan dalam level larva dan terlur pada koleksi.

 

Eksplorasi Pilihan